Saturday, May 26, 2018

Kemajuan Digital Dan Kemudahan Dalam Pembayaran Zakat


Setiap generasi memiliki ciri khas teknologi yang digunakannya. Saat ini perkembangan teknologi yang pesat adalah berupa internet. Teknologi internet ini membuat dunia maupun Indonesia bergerak cepat bahkan lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Mengikuti perkembangan zaman dengan membuat inovasi teknologi membuat perusahaan atau organisasi berkembang. Maka bukan hal yang aneh jika saat ini banyak masyarakat memanfaatkan teknologi untuk memudahkan segala urusannya karena perekonomian saat ini telah terhubung jaringan internet.

Meningkatnya pengguna internet dipengaruhi oleh potensi ekonomi digital yang berkembang pesat, bahkan pemerintah menggadang-gadangkan Indonesia akan menjadi rakasasa digital di Asia. Kita juga melihat dan mendengar berita bahwa hampir setiap hari muncul startup dengan ide-ide yang menarik di Indonesia. Tak dipungkiri hal ini dimulai dari startup-startup digital pada beberapa tahun terakhir. Pada November 2017, terdapat 4 startup unicorn di Indonesia, yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Startup unicorn merupakan startup yang memiliki valuasi sebesar 1 juta USD atau setara dengan Rp 13,3 triliun. Sehingga menjadi hal yang biasa jika generasi muda memanfaatkan internet untuk mencari penghasilan.

Pengguna Internet Di Indonesia
Tantangan dan Peluang dalam Pengelolaan Zakat Pada Generasi Milenial
Berdasarkan data hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tanggal 19 Februari 2018, Pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta. Jumlah ini membuktikan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Sedangkan pengguna internet di dunia mencapai 7,5 miliar orang.

Jika melihat potensi pengguna dan penggunaan internet tersebut, maka memunculkan sisi positif lainnya dalam bidang sosial maupun bidang keagamaan seperti membantu memudahkan masyarakat untuk menghimpun dan mengelola zakat.

Tunaikan zakat agar selamat dunia akhirat
Pengelolaan zakat perlu dikembangkan dengan mengikuti sistem secara digital yang terhubung jaringan internet Hal ini dilakukan agar ke depannya generasi milenial dan generasi selanjutnya bisa paham mengenai Zakat dan Wakaf. Karena sampai saat ini masyarakat masih belum paham mengenai zakat dan wakaf. Bahkan untuk zakat, masayarakat hanya melakukannya ketika akan lebaran saja, yakni Zakat fitrah. Padahal ternyata terdapat pula zakat penghasilan, yang belum diketahui oleh sebagian masyarakat.


Pada tahun 2015, tercatat terjadi perubahan tren pada pembayaran zakat melalui data organisasi penghimpun donasi Rumah Zakat. Bila umumnya masyarakat membayar zakat dengan bertatap muka, kini mayoritas masyarakat lebih memilih membayarnya secara online. Perkembangan zakat online begitu pesat. Hal ini disebabkan generasi muda saat ini menginginkan layanan sosial yang memudahkan mereka. Layanan digital biasanya lebih disukai konsumen yang masih berusia di bawah 25 tahun dan pengguna berusia muda yang memiliki pekerjaan tetap karena mereka paling gampang menerima perubahan digital.


Zakat Online
Salah satu organisasi pengelola zakat (OPZ) yang mewadahi zakat online yakni Dompet Dhuafa. Sistem online Dompet Dhuafa memberikan kemudahan bagi para wajib zakat (muzzaki) kepada yang berhak menerima zakat (mustahiq). Dompet Dhuafa terus berupaya mengembangkan layanan zakat online untuk merangkul kaum milenial. Pembayaran zakat dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti setor tunai, ATM, Internet Banking, dan SMS Banking.

Pengembangan layanan zakat online tetap memperhatikan layanan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku dengan cara berkonsultasi dengan dewan syariah. Zakat di Indonesia memiliki dua kekuatan dasar hukum, yakni dari agama dan Undang-Undang Dasar.

Organisasi pengelola zakat memiliki tantangan-tantangan tersendiri untuk menghimpun zakat dan mendistribusikannya kepada mereka yang berhak. Terlebih di era digital sekarang di mana begitu banyak generasi milenial yang menjadi lokomotif perubahan dan pergerakan tren di dunia. Menurut para pakar tren, generasi milenial ini adalah mereka-mereka yang: berpendidikan tinggi, melek teknologi informasi, berorientasi gerak cepat, dan memiliki mindset entrepreneur. Karakteristik-karakteristik ini tampak terlalu tangguh untuk ditaklukkan pengelola zakat karena keterbatasan sumber daya dalam berbagai aspek.

Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1980-2000. Populasi di Indonesia di generasi tersebut saat ini mencapai 81,27 juta jiwa. Generasi ini memiliki peilaku yang unik dalam memanfaatkan internet yaitu antara lain:
Menyukai kampanye kreatif dan inovatif
Memulai gerakan sosial melalui media sosial 
- Berpikiran terbuka dalam menghadapi permasalahan
Memilih smartphone daripada televisi sebagai media hiburan
- Wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi
- Lebih percaya pada review dan testimoni perorangan daripada iklan konvensional

Dari ciri-ciri di atas, dapat diketahui bagaimana cara mengkampanyekan Zakat kepada Generasi milenial. Ketika melakukan sosialisasi harus dengan cara terkini dan unik untuk menarik perhatian dari generasi milenial. Dalam hal ini penggunaan media sosial dan blog merupakan media yang efektif untuk mengkampanyekan zakat bagi generasi milenial. Salah satu contoh produksi untuk mensosialisasikan pentingnya zakat kepada netizen generasi milenial adalah dengan cara membuat konten viral. Membuat konten diperlukan beberapa strategi, yaitu;
- Memanfaatkan data statistik
Peka terhadap isu sosial terkini
- Sering posting konten bermanfaat
- Memiliki perencanaan dengan melakukan riset
- Konten yang kreatif dalam bentuk foto ataupun video

Pentingnya Zakat Bagi Generasi Milenial
Zakat merupakan rukun Islam ketiga, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadis Nabi, sehingga keberadaan zakat dianggap sebagai bagian mutlak dari keislaman seseorang. Di dalam Al-Quran terdapat dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Oleh karena itu, bagi generasi milenial, selain bersedekah, zakat dapat dijadikan sebagai pembelanjaan yang bermanfaat pada jalan yang baik (amal soleh) untuk mendapatkan pahala di akhirat. 

Lima Hikmah Zakat
Dalam ajaran islam, penghasilan dan harta yang berhasil didapatkan setiap individu muslim bukanlah milik sepenuhnya, melainkan terdapat sebagian hak atau milik orang lain. Sehingga, zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.

Melalui pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan seluruh masyarakat karena merupakan ibadah maaliyyah ijtimaiyyah yang berarti meningkatkan kesejahteraan sehingga memiliki posisi sangat penting, baik dari sisi ajaran islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 

Zakat memiliki hubungan yang erat dan berkaitan dengan masalah bidang sosial dan ekonomi. Secara sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam sikap orang kaya. Hal ini karena zakat bertindak sebagai alat untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. 

Secara harfiah, lawan dari kemiskinan adalah kekayaan. Jadi idealnya ketika ada porsi kekayaan (yang memiliki harta melebihi kecukupan hidupnya) dan kemiskinan (yang memiliki minim hingga tidak sama sekali harta), maka tatanan sosial masyarakat bisa seimbang. Meskipun demikian, konteks dari adanya kekayaan ini tidak serta merta mengeliminir fenomena kemiskinan yang mengakar hingga saat ini. Itulah mengapa Islam mengatur tatanan ini dengan konsep zakat, sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat berikut ini:

 ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At Taubah : 60).
 Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S At Taubah : 103).
Muara dari semua itu, semoga gerakan zakat di Indonesia tetap tumbuh subur, semakin banyak orang yang sadar zakat, semakin amanah dan profesional amil zakat, semakin banyak pula mustahik yang terbantu dengan zakat. Sehingga pada akhirnya, tujuan bersama kita, memberangus kemiskinan, kebododohan dan ketidakadilan dari negeri ini, dapat tercapai.

Kemudahan Berzakat di Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa
Sejak awal berdirinya sampai kini, perkembangan Dompet Dhuafa sebagai lembaga pengelola zakat sangatlah penting di tengah-tengah permasalahan sosial di Indonesia. Telah banyak hal-hal dalam kegiatan sosial yang telah dilakukan. Program penyaluran ZISWAF (Zakat, infaq, Shadaqah, wakaf) ini meliputi bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pengembangan sosial. Dompet Dhuafa merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF.

Dalam meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam kemudahan dan transparansi laporan, Dompet Dhuafa selalu memberikan kabar terbaru dan laporan pemasukan dana pada website www.dompetdhuafa.org. Di Website tesebut juga terdapat pembayaran zakat secara online. Berikut adalah langkah-langkah berzakat melalui dompet dhuafa secara online;
Langkah 1. Buka website www.dompetdhuafa.org
Langkah 2. Klik link "DONASI" pada homepage
Langkah 3. Isi pilihan donasi 
Langkah 4. Isi profil donatur 
Langkah 5. Pilih metode pembayaran
Langkah 6. Klik "Donasi Sekarang!" 
Selesai

Layanan Zakat Online Dompet Dhuafa

Langkah berzakat di Dompet Dhuafa begitu mudah dan cepat serta bisa dilakukan dimana saja tidak terbatas waktu dan tempat. Tunaikan zakatmu karena berawal dari zakatmu banyak yang berdaya agar tidak hilang makna zakat. Mari memulai dengan kemudahan membayar zakat online melalui dompet dhuafa.

#BerawaldariZakat
#LombaBlogBerawalDariZakat
#25thnMembentangKebaikan
#MembentangKebaikan

Tulisan ini diikutsertakan dalam 
Kompetisi Blog Berawal Dari Zakat, 
#25thnMembentangKebaikan 
yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa
cek info lomba di donasi.dompetdhuafa.org/lombablog”

Read more…

Saturday, May 19, 2018

Kisah Kecil Rumah Lamun dan Dugong untuk Keberlanjutan Kehidupan




Kita berada di sebuah negara yang memiliki perairan laut yang sangat indah, sehingga kita wajib ikut serta dalam melestarikannya. Namun dalam perkembangannya kini, ekosistem laut di Indonesia dalam keadaan terancam rusak. Sama halnya dengan daratan, perairan laut kita juga memiliki ekosistem yang memiliki perannya masing-masing. Jika terumbu karang di Indonesia seluas 50.000 kilometer persegi, hanya 7% saja dalam kondisi sangat baik dan 33 persennya baik. Begitupun mangrove di Indonesia, hanya 32 persen saja dalam keadaan baik (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Di antara kedua ekosistem laut tersebut ada lagi jenis ekosistem lain yang jarang disinggung, yakni lamun atau tumbuhan air berbunga yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut. Mungkin sebagian dari kita belum banyak mengenal tentang ekosistem lamun, terlebih lagi penghuni khasnya yakni, mamalia laut dugong. Keengganan kita sebagai manusia tidak sadar akan pentingnya lingkungan apapun di bumi ini dapat menjadikan lingkungan ini menjadi rentan punah karena terabaikan, termasuk keberadaan padang lamun dan mamalia dugong.


Padang Lamun, Pelindung Biota Laut

Karakteristik Lamun
Padang lamun merupakan pelindung biota laut yang terlupakan. Bila kita amati, jarang sekali keberadaan lamun di Indonesia disinggung dalam aksi kampanye lingkungan. Padahal kondisi padang lamun tak kalah mengenaskan. Dari seluruh lautan Indonesia terdapat sekitar 75-90 persen lamun yang rusak, terutama di daerah pelabuhan.

Padang lamun yang asri. Hijau dan teduh.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang tumbuh di dasar perairan dangkal daerah pesisir. Biasanya tumbuh dan berkembang secara berkelompok membentuk sebuah padang lamun. Padang lamun merupakan salah satu habitat di daerah pesisir, selain mangrove dan terumbu karang. Dalam bahasa inggris, padang lamun disebut seagrass, sedangkan rumput laut disebut seaweed. Lamun memiliki karakteristik sebagai berikut :  
1. Tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang menyesuaikan diri hidup di dalam laut,  
2. Beradaptasi terhadap kadar air asin (salinitas) yang tinggi,  
3. Menempati perairan laut dengan suhu berkisar 38-42o C, 
4. Berada di daerah intertidal sampai kedalaman 70 m. 
5. Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam 
6. Memiliki sistem perakaran, dedaunan, sistem transportasi internal untuk gas dan nutrien, 
7. Memerlukan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis. 


Fakta-fakta lamun
Seperti tumbuhan darat umumnya, lamun juga mempunyai akar batang, daun, bunga dan buah. Batangnya tumbuh mendatar dan terbenam di dasar laut dan disebut rimpang. Proses penyerbukan dan pembuahannya seluruhnya terjadi dalam medium air. Lamun hidup di perairan dangkal pada substrat pasir, pasir-lumpuran, lumpur-pasiran dan karang pada kedalaman sampai sekitar 40 m.


Berdasarkan nilai produktivitas padang lamun, asosiasi organisme, uraian tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya menempati atau mengunjungi padang lamun, dapat disimpulkan bahwa pada ekosistem padang lamun terdapat tiga tipe rantai makanan, yaitu :
1. Rantai Makanan Detritus (Detritus Food Chain), karena sebagian besar biota yang hidup pada ekosistem padang lamun menanfaatkan serasah lamun sebagai makanan (sumber energi),
2. Rantai Makanan Merumput (Grazing Food Chain), karena sejumlah fauna laut termasuk reptilia dan mamalia laut menggunakan padang lamun sebagai padang penggembalaan.
3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan tersebut membentuk jala makanan pada ekosistem padang lamun.


Dimana saja ditemukan lamun?




Persebaran padang lamun bisa hampir ditemukan di seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua dan dari Sulawesi Utara hingga Nusa Tenggara. Menurut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (2017) menunjukkan bahwa luas lamun di seluruh Indonesia adalah 150.693,16 ha. Di wilayah Indonesia Bagian Barat luasnya 4.409,48 ha sedangkan di wilayah Indonesia Bagian Timur luasnya 146.283,68 ha.
Lokasi kajian lamun di Indonesia (Kiswara, 1997)
Spesies lamun yang terdapat di Indonesia
Terdapat sekitar 60 spesies lamun di seluruh dunia. Lamun dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis, yang kini terdiri atas 12 genera; 7 diantaranya adalah berada di daerah tropis (Halodule, Cymodocea, Syringodium, Thalassodendron, Enhalus, Thalassia dan Halophila) dan 5 terdapat di perairan subtropis sampai dingin (Zostera, Phyllospadix, Heterozostera, Posidonia dan Amphibolis). Lamun yang terdapat di perairan tropis umumnya tersebar di perairan laut Atlantik dan Indo-Pasifik. Keanekaragaman lamun di wilayah perairan tropis sangat tinggi, terutama di wilayah Indo Pasifik. Lamun yang terdapat di perairan tropis didominasi oleh spesies Thalassia sp. Di Indonesia, hingga saat Ini diketahui terdapat 13 spesies lamun dari tujuh marga, tiga di antaranya (Enhalus, Thalassia, Halophila) termasuk suku Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule, Cymodocea, Syringodium dan Thallasodendron) termasuk suku Cymodoceae. 



Fungsi Ekosistem Lamun bagi biota laut dan manusia
Padang lamun memiliki peran dalam berbagai fungsi. Sering kali tumbuh luas menutupi wilayah-wilayah paparan benua yang menciptakan lingkungan dengan produktifitas tinggi yang tak bisa diabaikan. Daerah paling produktif di laut setelah produktifitas plankton dan kebun kelp di daerah dingin. Rumpun lamun memberikan tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi ikan, udang, kepiting, gurita, dan berbagai biota laut lainnya, termasuk juga bagi penyu dan dugong. Padang lamun juga menjadi tempat asuhan (nursery ground) bagi anakan ikan dan berbagai jenis biota laut lainnya.
 
Padang lamun tempat kehidupan biota laut
Ekosistem lamun di Indonesia memiliki peran penting dalam kawasan coral triangle. Coral Triangle adalah istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste yang kaya akan terumbu karang. Wilayah perairan Indonesia yang berada pada Coral Triangle ini memiliki keanekaragam yang sangat tinggi dengan menyediakan sumber pangan bagi berbagai macam organisme. Habitat di Coral Triangle sangat berhubungan satu dengan lainnya. Jika satu habitat terganggu maka habitat yang lainnya akan terganggu juga. Meskipun terumbu karang memiliki penampilan yang lebih menarik dibandingkan padang lamun, tanpa kehadiran padang lamun, terumbu karang akan mengalami kerusakan, karena padang lamun melindungi terumbu karang dari patogen. Selain itu, lamun juga berperan sebagai penghubung ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang.

Lamun dapat menyerap karbon dioksida dari laut, sehingga mampu mencegah terjadinya perubahan iklim. Ekoistem ini mampu menyimpan lebih dari dari dua kali jumlah seluruh CO2 dari daratan, karena penyerapan CO2 yang mencapai 19,9 miliar metrik ton karbon. Kemampuan lamun dalam menyimpan karbon termasuk hal unik karena menyimpannya secara reguler di akar dan menyimpannya selama ribuan tahun. 

Selain itu, padang lamun dapat pula berfungsi mestabilkan garis pantai. Akar dan rimpang lamun dapat mencengkeram sedimen dasar laut hingga membuat pantai lebih tahan terhadap erosi. Lamun dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia seperti untuk bahan makanan (biji Enhalus misalnya dapat dimakan), dijadikan bahan obat-obatan, untuk bahan dasar kerajinan, pupuk atau  makanan ternak. Padang lamun juga berperan penting sebagai sumber perikanan. Dari sekitar 360 jenis ikan yang diketahui hidup di padang lamun sekitar 30 jenis mempunyai nilai ekonomi penting. Selain itu padang lamun juga merupakan penghasil berbagai jenis perikanan lainnya seperti kerang, kepiting, udang, teripang dan lainnya.


Lamun sebagai sumber pakan utama berbagai biota laut (Fortes, 1990)
Tutupan (coverage) tajuk rumput lamun ini juga memberikan naungan dari cahaya matahari langsung, menciptakan iklim mikro khusus di dasar perairan.  Pada saat air laut surut, daun-daun lamun melindungi substrat dari teriknya matahari dan mencegah penghuninya dari kekeringan yang mematikan.

Padang lamun juga berfungsi sebagai penyaring nutrient yang berasal dari sungai atau laut, pemecah gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu pengendapan substrat dan menstabilkan sedimen.Lamun adalah produsen primer dalam ekosistem padang lamun, sehingga merupakan komponen yang penting di wilayah perairan laut karena menghasilkan oksigen dan materi organik dari hasil fotosintesis. Oleh karena itu, padang lamun digunakan oleh biota laut sebagai tempat mencari makan (feeding ground), pemijahan (spawning ground), dan asuhan (nursery ground).

Berbagai jenis biota laut yang berasosiasi dengan padang lamun
Lamun sendiri tidak banyak dimanfaatkan secara langsung oleh manusia.  Hanya ada beberapa jenis yang buahnya digunakan sebagai bahan makanan, itu pun bukan pada skala yang penting. Akan tetapi lamun penting secara ekologi karena menyerap nutrien dari tempat tumbuhnya yang berupa sedimen lumpur dan pasir. Dengan demikian lamun telah mengambil kembali nutrien dari dasar laut dan mengembalikannya ke dalam rantai makanan ekosistem.  Sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh alga laut yang mengandalkan nutrien yang terkandung dalam air saja.

Menurut Philips & Menez (1988) lamun telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Sebagai bahan  dasar untuk membuat kue (roti)
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia.
7. Tempat budidaya laut jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram.
8. Tempat rekreasi atau pariwisata ekowisata.
9. Bahan dasar pembuatan makanan ternak.
10. Padang lamun dimanfaatkan sebagai laboratorium alam bagi kegiatan pendidikan dan penelitian.

Dugong, spesies penghuni lamun yang rentan
Fakta dugong
Masih sedikit dari kita yang mengenal Dugong, fauna unik Dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan laut dangkal dan makanannya adalah berupa lamun (seagrass). Nama ilmiahnya "Dugong dugon”. Istilah  "dugong"  berasal dari bahasa Tagalog, sedangkan dalam bahasa Melayu ialah "duyung" atau "duyong" yang berarti "perempuan laut". Dari keterkaitan tersebut, hewan ini sangat sering diasosiasikan dengan dongeng atau legenda tentang putri duyung, yang biasanya ditampilkan sebagai sosok manusia setengah ikan dengan kepala gadis cantik berambut panjang sampai pada bagian pinggang dan bagian bawahnya berupa ikan sampai ke ekor. Dongeng putri duyung (Inggris: mermaid) terdapat di berbagai penjuru dunia dengan berbagai variasinya. Konon dongeng tentang "mermaid" ini  bersumber  dari  para  pelaut  zaman  dahulu yang melihat satwa dugong di permukaan laut dari kejauhan, dengan sedikit imajinasi, tampak mirip seperti seorang perempuan yang bisa memeluk dan menyusui    anaknya seperti manusia. Oleh karena itu, orang sering salah pengertian. Dulu, setiap ada berita tentang hewan dugong tertangkap, banyak orang yang mengharapkan dapat melihat wujud wanita setengah ikan. Padahal keduanya sangat berbeda. Dugong ada di dunia nyata, sedangkan putri duyung ada dalam dunia dongeng atau legenda. 

Dugong  dugon  dalam  tampilan  fisiknya  bentuknyseperti ikan yang tambun, tanpa sirip punggung,  dilengkapi dengan ekor yang pipih, horizontal dan bentuknya bercabang seperti ekor paus dan lumba-lumba.   Bila ekornya diayunkan naik- turun  akan  memberi daya  dorong baginya  untuk berenang maju ke depan, sedangkan bila dipelintir untuk gerakan membelok. Panjang dugong dewasa jarang melebihi 3 meter dengan berat sampai sekitar 420 kg. Tetapi rekor dugong terberat tercatat sebesar 1.016 kg dengan panjang 4,06 m di pantai Saurashtra, di bagian sebelah barat India. Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari yang jantan. Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, dan berubah menjadi warna abu-abu gelap kecoklatan di bagian punggungnya menjelang dewasa dan bagian perut dengan warna yang lebih terang. Warna dugong dapat berubah dengan pertumbuhan alga di kulitnya.

Dugong dapat mempunyai usia yang panjang sampai lebih 70 tahun. Dugong mulai dapat melahirkan anak pada usia 10 - 17 tahun, namun ada juga yang menyebutkan dapat sedini 6 tahun. Usia kehamilan dugong adalah sekitar 13 - 15 bulan.    Setiap  melahirkan  akan  menghasilkan hanya satu anak.Bayi dugong berukuran besar, ketika baru dilahirkan panjangnya berukura 1,1 - 1,2 m dengan berat sekitar 27 - 35 kg. Ana dugong menyusu pada ibunya sampai usia usia 14 18 bulan. Selain menyusu, dugong juga sudah dikenalkan oleh ibunya untuk memakan lamun sesaat setelah dilahirkan.

Dugong dan kekerabatannya 

Klasifikasi dugong
Dalam klasifikasi hewan, dugong termasuk dalam Class Mammalia yang dicirikan dengan hewan yang menyusui anaknya,  dan  di  bawah  Ordo Sirenia  yang dicirikan dengan mammalia  laut yang herbivor. Di  bawah Ordo Sirenia  hanya  ada  dua kelompok  yakni  Familia Dugongidae dan Trichechidae. Di bawah Familia Dugongidae sekarang hanya terdapat satu spesies yakni Dugong dugon. Kerabat terdekatnya  sesama Dugongidae adalah Hydrodamalis gigas yang telah punah di abad 18. Kerabat lainnya di bawah Trichechidae adalah genus Trichechus yang lebih dikenal dengan nama Manatee yang hidup dari perairan pantai hingga di perairan tawar, dan makanannya pun  lebih  beragam dibandingkan  dengan Dugong.

Dugong pertama kali diklasifikasi oleh Muller di tahun 1776 dengan nama Trichechus dugon, dan kemudian direvisi oleh oleh Lacepede yang mengubah namanya menjadi   Dugong dugon. Dugong dugon adalah satu-satunya spesies yang masih eksis di bawah suku (Familia) Dugongidae. Spesies lainnya dari suku Dugongidae ini adalah gigas, yang juga dikenal sebagai Steller's sea cow atau sapi laut Steller.  Tetapi spesies ini telah punah di abad 18 hanya sekitar 30 tahun sejak pertama kali ditemukan. 


Hydrodamalis gigas atau yang juga dikenal dengan Steller's sea cow atau Sapi Laut Steller adalah kerabat dekat Dugong dugon, satu-satunya spesies selain dugong yang bernaung di bawah suku Dugongidae. Hewan ini merupakan raksasa laut yang bisa tumbuh sampai   berukuran panjang 10 meter dengan bobot 6.000 kg. Jenis ini telah punah karena perburuan berlebihan (over-hunting) yang dilakukan oleh para pemburu anjing laut (sealers) dari Eropa di tahun 1768, kurang dari 30 tahun setelah  hewan ini pertama kali ditemukan oleh para pemburu Rusia. Populasi hewan ini dulunya pernah terdapat di pesisir Pasifik, yang terbentang dari Meksiko sampai ke Jepang, tetapi berangsur-angsur semakin terdesak dan akhirnya hanya terdapat di perairan dingin Laut Bering, antara daratan semenanjung Kamchatka dan Kanada. Sapi laut ini hidup dari makanannya yang berupa kelp atau ganggang laut yang bisa tumbuh sangat lebat di laut yang   dingin dan dangkal di perairan itu. Hewan raksasa ini sudah beradaptasi sepenuhnya di lingkungan dangkal sedemikian rupa hingga ia sudah kehilangan kemampuan untuk menyelam.   Oleh karena itu, raksasa ini menjadi sasaran empuk untuk diburu dan dibantai oleh para pemburu untuk menjadi sumber pangan. Punahnya sapi laut ini  merupakan rekaman pertama punahnya species mamalia laut di abad-abad terakhir ini. Tentunya, pasti kita tidak akan mau dugong menjadi punah seperti kerabatnya itu

Persebaran Dugong
Dugong sering dijumpai hidup soliter (sendiri), tetapi kadangkala juga dalam kelompok kawanan (herd) kecil sebanyak 5-10 individu. Di Australia, satu kawanan dugong bisa sampai puluhan individu atau lebih. Kawanan dugong dengan jumlah individu tertinggi yang pernah tercatat adalah di Teluk Persia yang terdiri dari 670 individu.  Tetapi tampaknya  tidak terdapat ikatan sosial terstruktur yang kuat di antara individu dalam kawanan tersebut. Terjadinya kawanan yang besar bisa terjadi pada   saa maka bersama   pada   suatu padang lamun Tiap individu dapat bebas keluar dari kawanannya. Ikatan yang kuat terdapat hanyalah antara induk dan anak. Anak dugong selalu berada dekat induknya sampai menjelang dewasa.

Dugong (Dugong dugon) hanya terdapat di daerah tropis dan subtropis di kawasan Indo-Pasifik, kurang lebih antara 30o Lintang Utara sampai 30o Lintang Selatan.   Sebarannya cukup luas, meliputi 48 negara dari pesisir timur Afrika sampai Vanuatu di sebelah tenggara Papua New Guinea (Marsh dkk, 2002). Diperkirakan sebanyak 85.000 ekor dugong dunia berada di perairan pesisir Australia. Ini mungkin mencakup sekitar 75 % dari seluruh populasi dugong yang ada dunia, bahkan mungkin lebih. Populasi terbesar kedua terdapat di Teluk Arabia dengan perkiraan populasi di tahun 1987 sekitar 7,310 ekor dugong. Di daerah lainnya populasinya sedikit dan terpisah-pisah.

Penetapan  sebaran  dugong  di  tiap  negara  sukar  dilaksanakan.  Banyak informasi mengenai sebaran dugong didasarkan pada kisah (anecdotal) yang diceriterakan oleh penduduk setempat. Meskipun demikian tampaknya terdapat kecenderungan umum bahwa di banyak tempat populasi dugong semakin berkurang dibandingkan beberapa dekade lalu. Di beberapa daerah seperti di Mauritius, Maladewa (Maladives), Cambodia dan sebagian Filipina bahkan diperkirakan mungkin dugong telah punah (Marsh dkk, 2002).

Di Indonesia, dugong tersebar mulai dari ujung Indonesia bagian barat (Aceh) hingga timur Indonesia (Papua). Populasi tertingginya berdasarkan diperkirakan ada di perairan Ekoregion Arafura (kurang dari 200 ekor), Ekoregion Papua (kurang dari 100 ekor), serta Ekoregion Lesser Sunda, Ekoregion Paparan Sunda, dan Ekoregion Selat Makasar yang masing-masing kurang dari 100 ekor. Sementara, untuk ekoregion lainnya terpantau dalam populasi yang lebih kecil.

Dugong sering dijumpai di daerah Bintan, Kepulauan Riau. Wilayah ini memiliki luasan ekosistem padang lamun mencapai 2600 ha dengan kondisi yang sangat baik. Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah yang memiliki ekosistem perairan yang masih terjaga. Ini terlihat adanya beberapa wilayah perairan yang di jadikan kawasan konservasi laut daerah oleh pemerintah daerah Kabupaten Bintan. Selain kabupaten Bintan, ekosistem lamun yang juga masih terjaga dan sering ditemui dugong yaitu, di Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah, Tolitoli Sulawesi Tengah dan di Alor Nusa Tenggara Timur.

Peran, Manfaat dan Hubungan Dugong dan Lamun 
Keberadaan dugong merupakan indikator kelestarian untuk melihat ekosistem tersebut rusak atau tidak. Jika intensitasnya semakin banyak dan semakin terlihat, dapat dikatakan wilayah tersebut masih lestari dan jauh dari kerusakan. Keberlangsungan asosiasi antara dugong dan lamun dapat menjamin keseimbangan ekologis satwa dan tumbuhan yang ada di habitat lamun. Termasuk di antara satwa yang mendapat manfaat dari keberadaan dugong adalah ikan-ikan, seperti baronang dan katamba, yang memang hidup di padang lamun. Berdasarkan data dari LIPI pada 2017, dugong merupakan flagship species atau spesies kunci dari upaya konservasi padang lamun.

Berdasarkan sejarah, di Eropa terjadi pengeksploitasian dugong secara besar-besaran pada tahun 1917 hingga hewan tersebut punah di perairan setempat. Tanpa diduga, beberapa tahun kemudian terjadi wabah di ekosistem lamun, tempat dugong hidup. Tak adanya dugong membuat wabah penyakit tak terkendali hingga ekosistem padang lamun punah. Oleh karena itu keberadaan dari keduanya saling membutuhkan.

Simbiosis mutualisme antara dugong dan padang lamun terjadi karena saat dugong memakan lamun, saat itu juga dugong membantu sebaran lamun. Kemudian, kotoran yang berasal dari dugong itu sendiri nantinya akan berguna sebagai bahan perkembangan lamun. Dengan begitu, dugong yang juga masih merupakan kerabat evolusi dari gajah itu berperan penting memperlancar siklus nutrien pada habitat lamun. Keberadaan dugong sebagai penyubur padang lamun pun kini kian penting karena rusaknya padang lamun akibat reklamasi dan alih fungsi habitat. Saat ini diperkirakan, 80% padang lamun di Indonesia berada dalam kondisi tidak sehat.


Hubungan lamun dan dugong
Dugong dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Namun, pemanfaatan tersebut dilakukan berpuluh-puluhan tahun yang lalu meskipun intensitasnya mulai menurun dan sifatnya adalah perburuan yang mengancam. Hampir semua bagian dugong dapat dimanfaatkan. Mulai dari kulitnya, daging dan lemaknya, tulangnya, giginya yang berupa gading, isi perutnya, hingga air matanya. Ada pula dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi, obat-obatan, pernak-pernik hiasan dan untuk berbagai keperluan budaya dan religi setempat.

Di beberapa negara seperti Vanuatu, Sabah (Malaysia), Filipina telah mengembangkan kegiatan wisata "Swim with dugong". Kegiatan ini umumnya dikemas dalam paket ekowisata yang berorientasi pada prinsip kelestarian alam. Kegiatan tersebut sama halnya mengenalkan manusia dengan dugong agar mengetahui begitu pentingnya pelestarian hewan ini.

Status populasi dugong menjadi indikator kunci dari kesehatan ekosistem pesisir secara umum dan secara khusus pada padang lamun. Lamun dan dugong merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan. Padang lamun merupakan habitat dan tempat mencari makan bagi dugong. Hubungan keduanya merupakan hubungan simbiosis mutualisme, karena keduanya menjamin keseimbangan ekologis flora dan fauna yang berada di sekitar padang lamun.

Habitat lamun merupakan tempat bermain dan mencari makan dugong. Interaksi antar dugong sangat penting karena dapat menimbulkan rasa aman dan rasa nyaman karena saling bertemu bahkan bisa untuk melestarikan lingkungannya.

Melalui perilaku makan dugong yang terlihat mengacak-acak dasar lamun, hal tersebut membuat padang lamun menjadi subur. Dugong memakan lamun tidak saja bagian yang di atas permukaan sedimen tetapi juga sampai ke akar-akarnya yang banyak mengandung nutrisi. Oleh sebab itu bekasnya mencari makan akan meninggalkan jejak  di  dasar  laut  berupa  jalur-jalur  memanjang  yang  disebut  feeding  trail. Struktur mulutnya sesuai untuk menggali dan mencabut lamun yang menjadi kesukaannya. Tidak semua jenis lamun disukai oleh dugong. Penelitian yang dilakukan di Pulau-Pulau Lease (Ambon, Haruku, Saparua, Nusa Laut) menunjukkan bahwa dugong menyukai makanan lamun dengan urutan  favorit sebagai berikut: Halophila ovalis; Halodule uninervis; Cymodocdea rotundata; Cymodocea serrulata; Thalassia hemprichii (de Iongh, 1997).  


Ancaman dan Permasalahan Lamun dan Dugong

a) Ancaman dan Permasalahan Lamun
Ancaman dan permasalahan lamun sebagian besar disebabkan oleh pembangunan manusia. Kualitas lamun yang mengalami degradasi menyebabkan luas habitat yang berkurang bagi biota laut yang berada di dalamnya. Pembangunan konstruksi pantai, misalnya pembangunan pelabuhan, pemukiman, fasilitas wisata dapat melenyapkan luasan padang lamun atau menyebabkan kekeruhan air yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan lamun yang menjadi tumpuan hidup dugong. Pembangunan kawasan industri dan pelabuhan di Teluk Banten, misalnya telah melenyapkan sekitar 30 % luas lamun dari teluk tersebut (Tomascik dkk, 1997).

Selain itu habitat dugong juga dapat terdegradasi karena terjadinya pencemaran air, baik yang bersumber dari daratan maupun dari kegiatan di laut. Sumber pencemaran dari darat bisa dari limbah industri, pertanian, pemukiman, pertambangan, sedangkan dari kegiatan laut misalnya karena terjadinya tumpahan minyak di laut. Di  Papua  Barat  pembalakan  (logging)  dan pertambangan  menimbulkan  ancaman  terhadap padang lamun dan biota laut lainnya.

Pembangunan fasilitas wisata yang tak ramah lingkungan di kawasan pantai dapat juga menimbulkan dampak negatif terhadap habitat padang lamun.  Di Bintan misalnya, perusahan wisata  membangun penginapan dan restoran langsung di atas hamparan padang  lamun.  Selain itu  pertambangan pasir dan bauksit di daerah ini juga memberikan dampak terhadap padang lamun di perairan pesisir.

Kecelakaan kandasnya kapal tanker atau tabrakan di laut dapat menyebabkan pencemaran minyak yang sangat luas dampaknya terhadap biota dan lingkungan perairan laut dan menimbulkan pencemaran massif pada ekosistem lamun.

Pencucian air balas kapal tanker juga dapat merupakan ancaman. Karena lemahnya pengawasan di laut, sering terjadi kapal pengangkut minyak mentah mencuci air balasnya dengan membuang langsung ke laut secara ilegal. Minyak mentah yang terbuang ke laut mengalami degradasi dan sebagian akan terdampar berupa gumpalan-gumpalan minyak (tar ball) yang hitam mencemari pantai, dan dapat merusak ekosistem padang lamun. Pencemaran pantai oleh gumpalan minyak ini sering terjadi di pantai Pulau Bintan dan Pulau Batam.

Ancaman dari fenomena alam misalnya karena badai siklon tropis yang dahsyat yang dapat memporak-porandakan lingkungan pantai. Dampaknya tidak langsung karena menghancurkan padang lamun. Siklon tropis ini tidak terjadi di jalur khatulistiwa seperti Indonesia, tetapi umumnya pada jalur antara lintang 10o sampai 30o baik Lintang Utara maupun Lintang Selatan (Nontji, 2007).

Kasus lainnya di tahun 1992, Teluk Hervey (Australia) dilanda banjir besar diikuti siklon dahsyat selama tiga minggu, menyebabkan hancurnya lebih dari 1.000 km2 padang lamun karena sedimentasi  yang  berat,  yang  mengakibatkan  banyak  dugong  mati  kelaparan  (ditemukan sebanyak 99 bangkai dugong). Banyak pula dugong yang hijrah ke tempat lain sampai sejauh 900 km. Diperkirakan akan diperlukan waktu sekitar 25 tahun  untuk pulih kembalinya dugong di teluk ini seperti sedia kala.


b) Ancaman dan permasalahan Dugong
Pada mulanya dugong tersebar luas di perairan tropis dan subtropis di kawasan Indo-Pasifik. Tetapi  kini  persebarannya  semakin  terbatas.  Oleh  IUCN  (International Union  for  the Conservation of  Nature)  dugong telah  dinyatakan "vulnerable  to  extinction"  atau    "rentan punah".  Di Indonesia, banyak  perairan pantai yang dulu dikenal dihuni oleh dugong, sekarang sudah tak terdengar beritanya lagi.





Ancaman dugong paling berbahaya adalah pada perburuan dari manusia

Dugong hidup di perairan dangkal dekat dengan pantai. Pantai merupakan bagian laut yang paling dinamis  dan  sangat  dipengaruhi  oleh  aktivitas  manusia.  Sehingga dugong menerima tekanan atau dampak dari kegiatan manusia, baik secara langsng maupun tak langsung. Ancaman antropogenik (dari kegiatan manusia) ini ditambah lagi dengan karakteristik dugong yang berumur panjang, usia yang matang untuk hamil, tiap  kelahiran yang hanya menghasilkan satu  anak, dan  masa  mengasuh anak  yang sangat  lama membuat dugong menghadapi kondisi yang sulit untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnya dalam menghadapi  tekanan  antropogenik. Jadi bila sedikit saja populasi dugong dewasa berkurang akibat penangkapan, atau karena hilangnya habitat, atau menurunnya kualitas lingkungannya akan dapat mengacam kelestariannya. 

Ancaman antropogenik  terhadap dugong bisa bersifat langsung misalnya karena sengaja diburu, tertangkap secara tak sengaja dalam kegiatan perikanan, atau karena akibat penggunaan teknik perikanan yang destruktif  seperti penggunaan bahan peledak dan racun. Ancaman tak langsung misalnya karena makin menyusutnya luas padang lamun atau makin  terdegradasinya  kondisi lingkungan padang lamun yang menjadi habitat dugong akibat meningkatnya kekeruhan air  dan pencemaran.


Selain dampak antropogenik, ada pula dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh faktor alam, seperti badai atau siklon yang menghantam dan memporak-porandakan suatu perairan pantai. Tetapi umumnya faktor alami ini jauh lebih sedikit frekuensi kejadiannya dibandingkan dengan faktor antropogenik.

Perburuan dugong telah dilakukan sejak awal sejarah interaksi manusia dengan dugong. Sejak dulu dugong dianggap dapat menjadi sumber makanan, obat-obatan, dan berbagai keperluan ritual budaya.  Hingga  kini  tak  ada  data  yang  terpercaya  yang  dapat  digunakan  untuk menyebutkan secara kuantitatif seberapa jauh populasi dugong di Indonesia telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir ini.  Di tahun 1970-an misalnya, diperkirakan populasi dugong di Indonesia ada sebanyak 10.000 ekor, sedangkan di tahun 1994, diperkirakan sebanyak 1.000 ekor saja (Marsh dkk 2002).


Gading dugong dijual dengan harga yang  sangat tinggi di Tual (Pulau Kei, Maluku Tenggara) dan di Ambon, sampai seharga Rp 350.000 sebatang (Moss & vander Wal, 1998) yang nilainya lebih tinggi dari pendapatan bulanan rata-rata seorang nelayan. Harga pasar yang tinggi ini merangsang nelayan untuk masih terus memburu dugong.

Ancaman langsung lainnya terhadap dugong yang juga sering dijumpai adalah terperangkapnya dugong dalam alat tangkap perikanan seperti jaring pasang surut dan sero. Sebenarnya dugong secara tidak sengaja masuk ke dalam perangkap sebagai buruan tetapi dugong masuk dan terjerat atau terperangkap dalam alat perikanan.   Apabila dugong terjerat dan tak bisa menarik napas ke permukaan maka ia akan mati.

Dugong juga terancam jika tertabrak oleh kapal atau perahu motor cepat. Dugong pada umumnya tak dapat berenang cepat, dan karenanya bila ia sedang di permukaan  untuk  menarik  napas maka  akan  sulit baginya untuk mengelak apabila didekati atau dihampiri oleh kapal atau perahu motor yang sedang melaju cepat. Dugong dapat tertabrak oleh badan kapal atau teriris oleh putaran baling-baling kapal.    


Ancaman nonantropogenik juga bisa terjadi pada dugong berupa penyakit karena dihinggapi oleh berbagai parasit yang dapat mengganggu kesehatan dugong. Parasit seperti cacing pipih dijumpai bersarang di saluran hidungnya. Cacing tersebut menyebabkan tererosinya lapisan mukosa sekitar hidung sampai ke sekitar tenggorokan. Cacing trematoda lainnya, Opisthotrema du}onis, menyerang saluran eustachia (eustachian tube) yang terhubung ke indera pendengar. Dalam ususnya juga dijumpai parasit cacing trematoda Indosolenorchis hirudinaceus. Rupanya dugong dari alam ini rentan dengan serangan parasit cacing trematoda.

Ternyata dugong memang dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit, tidak saja oleh cacing tetapi juga oleh protozoa dan bakteri. Sejenis protozoa Cryptosporidium misalnya, ditemukan menyeransaluran  pernapasan  dan  saluran  pencernaan  pada  dugong  dari Teluk  Hervey, Australia (Marsh dkk,  2002). Tetapi  belum  diketahui apakah  protozoCryptosporidium itu menjalani seluruh siklus hidupnya dalam tubuh dugong ataukah terinfeksi dari sumber luar lainnya.


Konservasi dan Pelestarian Ekosistem Lamun dan Dugong

Dugong menjadi hewan buruan selama bertahun-tahun karena daging dan minyaknya, sehingga diperlukan konservasi agar kehidupan hewan ini dan habitatnya hidup secara berkelanjutan. Konservasi adalah usaha pelestarian atau perlindungan. Konservasi ekosistem lamun dan dugong telah dilakukan dari adanya kerjasama oleh pemerintah dan komunitas-komunitas perlindungan perairan Indonesia. Terdapat beberapa program perlindungan wilayah laut di Indonesia, pada tahun 2009 terdapat rehabilitasi terumbu karang di bawah Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP). Program ini didukung dan dikoordinasikan oleh pemerintah lokal, LSM baik lokal maupun internasional seperti WWF, TNC, Wetlands International, WCS and IUCN. Program ini juga mencakup habitat dari dugong.  Progam konservasi laut lainnya yang berada pada tahun 1989-1993 yaitu Dugong Management and Conservation Project for the Moluccas. Program ini merupakan dukungan dari Uni Eropa yang menghasilkan rekomendasi untuk pengelolaan dan konservasi dugong.

Secara regulasi, dugong juga telah dilindungi oleh Undang-Undang No. 7 (1999) tentang Konservasi Flora dan Fauna, tetapi di lain pihak tidak terdengar  adanya upaya nyata untuk menyelamatkan hewan langka ini di Indonesia secara komprehensif. Lembaga pemerintah yang terkait dengan urusan  konservasi  meskipun  telah  menetapkan  kebijakan  dan rencana  aksi penyelamatan dugong, namun implementasinya tampaknya belum tampak nyata.

DSCP Indonesia
Sejak tahun 2006, untuk memprioritaskan konservasi dugong, Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, bersama dengan WWF Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor sejak 2006 menjalankan Program Konservasi Dugong dan Lamun di Indonesia (Dugong and Seagrass Conservation Project atau DSCP Indonesia). Projek Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) yang bertujuan untuk melestarikan dugong dan habitat lamun.

Beberapa kegiatan DSCP Indonesia meliputi simposium skala nasional untuk mengumpulkan dan memutakhirkan data dan informasi lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei pendahuluan sudah dilakukan di empat lokasi kerja, yaitu Alor (NTT), Bintan (Kepulauan Riau), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), dan Tolitoli (Sulawesi Tengah). Kegiatan lain yang dilakukan yakni peningkatan kapasitas masyarakat lokal dan penggiat konservasi melalui lokakarya dan pelatihan serta pendampingan serta pemberdayaan masyarakat.

Sebagai masyarakat yang memiliki motivasi dalam konservasi dan pelestarian lamun dan dugong dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Menjaga kebersihan dan kenyaman biota laut di padang Lamun.  Membuang sampah sembarangan akan menggangu keberlangsungan kehidupan apapun. Hal tersebut menjadi langkah pertama dan sederhana dalam pelestarian lingkungan padang lamun. 
  2. Melakukan transplatasi lamun. Merupakan salah satu pemulihan lamun dengan cara menanam kembali lamun pada wilayah yang mengalami kerusakan baik itu karena ancaman dari manusia maupun ancaman dari alam. 
  3. Mengawal dan mengembangkan keamanan perairan laut dari kegiatan perburuan dugong. Kegiatan perburuan dugong merupakan kegiatan yang melanggar undang-undang. Sehingga siapapun yang secara sengaja atau tidak sengaja agar langsung ditindak sesuai UU. Misalnya, melakukan pelarangan penggunaan jaring insang dan pukat. Kedua alat tangkap tersebut merupakan ancaman utama terhadap dugong yang tidak bisa diabaikan. 
  4. Melakukan kerja sama antar institusi yang terkait dengan prioritas pembangunan berkelanjutan. Mengembangkan sistem pengelolaan dan pelestarian ekosistem lamun dan segera menetapkan situs suaka dugong yang dikelola pemerintah dan masyarakat dengan menerapkan sistem zonasi yang tidak dibatasi dengan batas administrasi batas negara. Hal ini juga dapat meningkatkatkan kapasitas bagi pemerintah dan institusi terkait dengan mengadakan pelatihan teknis dan pemantauan pembangunan. 
  5. Memanfaatkan sosial media sebagai media kampanye dan pengetahuan untuk mengenalkan kehidupan lamun dan dugong. Saat ini tidak banyak masyarakat yang mengenal lamun dan dugong sehingga diperlukan edukasi tentang lamun dan dugong yang menarik serta ancaman dan usaha pelestariannya. Memanfaatkan media sosial mampu menjangkau banyak orang agar merasa saling memiliki. Kegiatan edukasi kepada masyarakat dan khususnya masyarakat sekitar konservasi dugong sangat penting dilakukan. Penyuluhan tentang pemeliharan, sikap dan perilaku yang sering dilakukan oleh dugong. 
  6. Melakukan manajemen kegiatan aksi yang berkelanjutan. Kegiatan aksi yang berkaitan dengan perairan dan biota laut haruslah berkelanjutan. Dengan monitoring atau mengevaluasi hasil dari setiap kegiatan yang telah berlangsung agar diketahui keberhasilan kegiatan tersebut hingga berakhir dengan pelaporan yang diketahui oleh masyarakat luas. 
  7. Melakukan penelitian, survei, pemantauan serta inventarisir ekosistem lamun dan  populasi dugong. Melaksanakan penelitian sebagai pengembangan pengetahuan kehidupan lamun dan dugong agar selalu dinamis karena perkembangan pembangunan. Mensurvei dan menginventarisir keberadaan luasan lamun dan populasi dugong agar diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan metode atau teknik apapun demi keberlanjutan kehidupan

Lamun asri, Dugong Lestari
Biarkan Duyung tetap meLamun
#DuyungmeLamun



Daftar Sumber.

Duarte, C.M. 2002. The future of seagrass meadows. Environ. Conserv. 29:192-206.
Engel, L. 1970. The Sea. Time-Life Books, New York.

Marsh, H., H. Penrose,  C. Eros, and J. Hugues. 2002.  Dugong Status Report and Action Plan for  Countries and Territories. UNEP. Early Warning and Assessment Report Series: 162 pp.

de Iongh, H. H. 1997. Current status of dugongs in Indonesia. In: T. Tomascik, A. J. Mah, A. Nontji & M. K. Moosa (eds.) The Ecology of the Indonesian Seas, Part II, Dalhousie University, Periplus Edition: 1158 - 1166.

de Iongh, H. H., B. Bierhuizen,  and B. van Orden. 1997. Observations on the behaviour of the dugong  (Dugong  dugon  Muller,  1776)  from  waters  of  the  Lease  Islands,  eastern Indonesia. Contributions to Zoology, 67 (1): 71-77.

de Iongh, H. H., W. Kiswara,  and W. Kustiawan. 2006. Dugong grazing patterns and interaction with traditional conservation (Sasi Laout) Indonesia: A review. Journal of Natural and Life Sciences, 1 (1): 1-10.

de Iongh, H. H., W. Kiswara,  W. Kustiawan and P.E. Loth. 2007. A review of research on the interaction between Dugongs (Dugong dugon, Muller 1776) and intertidal seagrass beds in Indonesia. Hydrobiologia, 591 (1) : 73-83.

J. W. Fourqurean, C. M. Duarte, H. Kennedy, N. Marba, M. Holmer, M. A. Mateo, E. T. Apostolaki, G. A. Kendrick, D. Krause-Jensen, K. J. McGlathery, O. Serrano, “Seagrass Ecosystems as a Globally Significant Carbon Stock,” Nature Geoscience 5, no. 7 (2012): 505–509.

Kiswara, W., M.H. Azkab & L.H. Purnomo, 1997. Komposisi jenis dan sebaran lamun di Kawasan LautCina Selatan. Atlas Oseanologi Laut Cina Selatan. P3O-LIPI, Jakarta.

Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas, The Ecology of Indonesia Series, Volume VIII, Part Two. Periplus Edition: 643-1388.


Sumber gambar.

DSCP Indonesia

National Geographic

Read more…