Setiap generasi memiliki ciri khas teknologi yang digunakannya. Saat ini perkembangan teknologi yang pesat adalah berupa internet. Teknologi internet ini membuat dunia maupun Indonesia bergerak cepat bahkan lebih cepat dari
apa yang kita bayangkan. Mengikuti perkembangan zaman dengan membuat inovasi teknologi membuat
perusahaan atau organisasi berkembang. Maka bukan hal yang aneh jika saat ini
banyak masyarakat memanfaatkan teknologi untuk memudahkan segala urusannya karena perekonomian saat ini telah terhubung jaringan internet. Meningkatnya pengguna internet dipengaruhi oleh potensi ekonomi digital yang berkembang pesat, bahkan pemerintah menggadang-gadangkan Indonesia akan menjadi rakasasa digital di Asia. Kita juga melihat dan mendengar berita bahwa hampir setiap hari muncul startup dengan ide-ide yang menarik di Indonesia. Tak dipungkiri hal ini dimulai dari startup-startup digital pada beberapa tahun terakhir. Pada November 2017, terdapat 4 startup unicorn di Indonesia, yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Startup unicorn merupakan startup yang memiliki valuasi sebesar 1 juta USD atau setara dengan Rp 13,3 triliun. Sehingga menjadi hal yang biasa jika generasi muda memanfaatkan internet untuk mencari penghasilan.
Pengguna Internet Di Indonesia
Tantangan dan Peluang dalam Pengelolaan Zakat Pada Generasi Milenial
Berdasarkan data hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tanggal 19 Februari 2018, Pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta. Jumlah ini
membuktikan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia telah
menggunakan internet. Sedangkan pengguna internet di dunia mencapai 7,5
miliar orang.
Jika melihat potensi pengguna dan penggunaan internet tersebut, maka memunculkan sisi positif lainnya dalam bidang sosial maupun bidang keagamaan seperti membantu memudahkan masyarakat untuk menghimpun dan mengelola zakat.
Tunaikan zakat agar selamat dunia akhirat
Pengelolaan zakat perlu dikembangkan dengan mengikuti sistem secara digital yang terhubung jaringan internet Hal ini dilakukan agar ke depannya generasi milenial dan generasi selanjutnya
bisa paham mengenai Zakat dan Wakaf. Karena sampai saat ini masyarakat masih belum paham mengenai
zakat dan wakaf. Bahkan untuk zakat, masayarakat hanya melakukannya ketika akan
lebaran saja, yakni Zakat fitrah. Padahal ternyata terdapat pula zakat
penghasilan, yang belum diketahui oleh sebagian masyarakat.
Pada tahun 2015, tercatat terjadi perubahan
tren pada pembayaran zakat melalui data organisasi penghimpun
donasi Rumah Zakat. Bila umumnya masyarakat membayar zakat
dengan bertatap muka, kini mayoritas masyarakat lebih memilih
membayarnya secara online. Perkembangan zakat online begitu pesat. Hal ini disebabkan generasi muda saat ini menginginkan layanan sosial yang memudahkan
mereka. Layanan digital biasanya lebih disukai konsumen yang
masih berusia di bawah 25 tahun dan pengguna
berusia muda yang memiliki pekerjaan tetap karena mereka paling gampang menerima perubahan digital.
Zakat Online
Salah satu organisasi pengelola zakat (OPZ) yang mewadahi zakat online yakni Dompet Dhuafa. Sistem online Dompet Dhuafa memberikan kemudahan bagi para wajib
zakat (muzzaki) kepada yang berhak menerima zakat (mustahiq). Dompet Dhuafa terus berupaya
mengembangkan layanan zakat online untuk merangkul kaum milenial. Pembayaran zakat dapat dilakukan melalui berbagai metode,
seperti setor tunai, ATM, Internet Banking, dan SMS Banking.
Pengembangan layanan zakat online tetap memperhatikan layanan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku dengan cara berkonsultasi dengan dewan syariah. Zakat di Indonesia memiliki dua kekuatan dasar hukum, yakni dari agama dan Undang-Undang Dasar.
Organisasi pengelola zakat memiliki tantangan-tantangan tersendiri untuk menghimpun zakat dan mendistribusikannya kepada mereka yang berhak. Terlebih di era digital sekarang di mana begitu banyak generasi milenial yang menjadi lokomotif perubahan dan pergerakan tren di dunia. Menurut para pakar tren, generasi milenial ini adalah mereka-mereka yang: berpendidikan tinggi, melek teknologi informasi, berorientasi gerak cepat, dan memiliki mindset entrepreneur. Karakteristik-karakteristik ini tampak terlalu tangguh untuk ditaklukkan pengelola zakat karena keterbatasan sumber daya dalam berbagai aspek.
Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1980-2000.
Populasi di Indonesia di generasi tersebut saat ini mencapai 81,27 juta jiwa. Generasi ini memiliki peilaku yang unik dalam memanfaatkan internet yaitu antara lain:
- Menyukai kampanye kreatif dan inovatif
- Memulai gerakan sosial melalui media sosial
- Berpikiran terbuka dalam menghadapi permasalahan
- Memilih smartphone daripada televisi sebagai media hiburan
- Wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi
- Lebih percaya pada review dan testimoni perorangan daripada iklan konvensional
Dari ciri-ciri di atas, dapat diketahui bagaimana cara mengkampanyekan Zakat kepada Generasi milenial. Ketika melakukan sosialisasi harus dengan cara terkini dan unik untuk menarik perhatian dari generasi milenial. Dalam hal ini penggunaan media sosial dan blog merupakan media yang efektif untuk mengkampanyekan zakat bagi generasi milenial. Salah satu contoh produksi untuk mensosialisasikan pentingnya zakat kepada netizen generasi milenial adalah dengan cara membuat konten viral. Membuat konten diperlukan beberapa strategi, yaitu;
- Memanfaatkan data statistik
- Peka terhadap isu sosial terkini
- Sering posting konten bermanfaat
- Memiliki perencanaan dengan melakukan riset
- Konten yang kreatif dalam bentuk foto ataupun video
Pentingnya Zakat Bagi Generasi Milenial
Zakat merupakan rukun Islam ketiga, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadis Nabi, sehingga keberadaan zakat dianggap sebagai bagian mutlak dari keislaman seseorang. Di dalam Al-Quran terdapat dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Oleh karena itu, bagi generasi milenial, selain bersedekah, zakat dapat dijadikan sebagai pembelanjaan yang bermanfaat pada jalan yang baik (amal soleh) untuk mendapatkan pahala di akhirat.
Lima Hikmah Zakat
Dalam ajaran islam, penghasilan dan harta yang berhasil didapatkan setiap individu muslim bukanlah milik sepenuhnya, melainkan terdapat sebagian hak atau milik orang lain. Sehingga, zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.
Melalui pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan seluruh masyarakat karena merupakan ibadah maaliyyah ijtimaiyyah yang berarti meningkatkan kesejahteraan sehingga memiliki posisi sangat penting, baik dari sisi ajaran islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.
Zakat memiliki hubungan yang erat dan berkaitan dengan masalah bidang sosial dan ekonomi. Secara sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam sikap orang kaya. Hal ini karena zakat bertindak sebagai alat untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki.
Secara harfiah, lawan dari kemiskinan adalah kekayaan. Jadi idealnya ketika ada porsi kekayaan (yang memiliki harta melebihi kecukupan hidupnya) dan kemiskinan (yang memiliki minim hingga tidak sama sekali harta), maka tatanan sosial masyarakat bisa seimbang. Meskipun demikian, konteks dari adanya kekayaan ini tidak serta merta mengeliminir fenomena kemiskinan yang mengakar hingga saat ini. Itulah mengapa Islam mengatur tatanan ini dengan konsep zakat, sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat berikut ini:
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At Taubah : 60).
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S At Taubah : 103).
Muara dari semua itu, semoga gerakan zakat di Indonesia tetap tumbuh subur, semakin banyak orang yang sadar zakat, semakin amanah dan profesional amil zakat, semakin banyak pula mustahik yang terbantu dengan zakat. Sehingga pada akhirnya, tujuan bersama kita, memberangus kemiskinan, kebododohan dan ketidakadilan dari negeri ini, dapat tercapai.
Kemudahan Berzakat di Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa
Sejak awal berdirinya sampai kini, perkembangan Dompet Dhuafa sebagai lembaga pengelola zakat sangatlah penting di tengah-tengah permasalahan sosial di Indonesia. Telah banyak hal-hal dalam kegiatan sosial yang telah dilakukan. Program penyaluran ZISWAF (Zakat, infaq, Shadaqah, wakaf) ini meliputi bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pengembangan sosial. Dompet Dhuafa merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF.
Dalam meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam kemudahan dan transparansi laporan, Dompet Dhuafa selalu memberikan kabar terbaru dan laporan pemasukan dana pada website www.dompetdhuafa.org. Di Website tesebut juga terdapat pembayaran zakat secara online. Berikut adalah langkah-langkah berzakat melalui dompet dhuafa secara online;
Langkah berzakat di Dompet Dhuafa begitu mudah dan cepat serta bisa dilakukan dimana saja tidak terbatas waktu dan tempat. Tunaikan zakatmu karena berawal dari zakatmu banyak yang berdaya agar tidak hilang makna zakat. Mari memulai dengan kemudahan membayar zakat online melalui dompet dhuafa.
#BerawaldariZakat
#LombaBlogBerawalDariZakat
#25thnMembentangKebaikan
#MembentangKebaikan
“Tulisan ini diikutsertakan dalam
Kompetisi Blog Berawal Dari Zakat,
#25thnMembentangKebaikan
yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa
cek info lomba di donasi.dompetdhuafa.org/lombablog”
Kita berada
di sebuah negara yang memiliki perairan laut yang sangat indah, sehingga kita
wajib ikut serta dalam melestarikannya. Namun dalam perkembangannya kini, ekosistem laut di Indonesia dalam keadaan terancam rusak. Sama halnya dengan daratan, perairan laut
kita juga memiliki ekosistem yang memiliki perannya masing-masing. Jika terumbu
karang di Indonesia seluas 50.000 kilometer persegi, hanya 7% saja dalam
kondisi sangat baik dan 33 persennya baik. Begitupun mangrove di Indonesia, hanya
32 persen saja dalam keadaan baik (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Di
antara kedua ekosistem laut tersebut ada lagi jenis ekosistem lain yang jarang
disinggung, yakni lamun atau tumbuhan air berbunga yang hidup dan tumbuh
terbenam di lingkungan laut. Mungkin sebagian dari kita belum banyak mengenal tentang
ekosistem lamun, terlebih lagi penghuni khasnya yakni, mamalia laut dugong. Keengganan
kita sebagai manusia tidak sadar akan pentingnya lingkungan apapun di bumi ini
dapat menjadikan lingkungan ini menjadi rentan punah karena terabaikan, termasuk
keberadaan padang lamun dan mamalia dugong. Padang Lamun, Pelindung Biota Laut Karakteristik Lamun Padang lamun merupakan pelindung biota laut yang terlupakan. Bila
kita amati, jarang sekali keberadaan lamun di Indonesia disinggung
dalam aksi kampanye lingkungan. Padahal
kondisi padang lamun tak kalah mengenaskan. Dari seluruh lautan Indonesia
terdapat sekitar 75-90 persen lamun yang rusak, terutama di daerah pelabuhan.
Padang lamun yang asri. Hijau dan teduh.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang tumbuh
di dasar perairan dangkal daerah pesisir. Biasanya tumbuh dan berkembang secara
berkelompok membentuk sebuah padang lamun. Padang lamun merupakan salah satu
habitat di daerah pesisir, selain mangrove dan terumbu karang. Dalam bahasa
inggris, padang lamun disebut seagrass, sedangkan rumput laut
disebut seaweed. Lamunmemiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
menyesuaikan diri hidup di dalam laut,
2. Beradaptasi terhadap kadar air asin
(salinitas) yang tinggi,
3. Menempati perairan laut dengan suhu berkisar
38-42o C,
4. Berada di daerah intertidal sampai kedalaman
70 m.
5. Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur
generatif dalam keadaan terbenam
6. Memiliki sistem perakaran, dedaunan, sistem
transportasi internal untuk gas dan nutrien,
7. Memerlukan sinar matahari untuk melakukan
fotosintesis.
Fakta-fakta lamun
Seperti
tumbuhan darat umumnya, lamun juga mempunyai akar batang, daun, bunga dan buah.
Batangnya tumbuh mendatar dan terbenam di dasar laut dan disebut rimpang.
Proses penyerbukan dan pembuahannya seluruhnya terjadi dalam medium air. Lamun
hidup di perairan dangkal pada substrat pasir, pasir-lumpuran, lumpur-pasiran
dan karang pada kedalaman sampai sekitar 40 m.
Berdasarkan nilai produktivitas padang lamun, asosiasi
organisme, uraian tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya menempati
atau mengunjungi padang lamun, dapat disimpulkan bahwa pada ekosistem padang
lamun terdapat tiga tipe rantai makanan, yaitu :
1. Rantai Makanan Detritus (Detritus
Food Chain), karena sebagian besar biota yang hidup pada ekosistem padang
lamun menanfaatkan serasah lamun sebagai makanan (sumber energi),
2. Rantai Makanan Merumput (Grazing
Food Chain), karena sejumlah fauna laut termasuk reptilia dan mamalia laut
menggunakan padang lamun sebagai padang penggembalaan.
3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan tersebut membentuk jala makanan pada
ekosistem padang lamun.
Dimana saja ditemukan lamun?
Persebaran padang lamun bisa
hampir ditemukan di seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua dan dari
Sulawesi Utara hingga Nusa Tenggara. Menurut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
(2017) menunjukkan bahwa luas lamun di seluruh Indonesia adalah 150.693,16 ha.
Di wilayah Indonesia Bagian Barat luasnya 4.409,48 ha sedangkan di wilayah Indonesia
Bagian Timur luasnya 146.283,68 ha.
Lokasi kajian lamun di Indonesia (Kiswara, 1997)
Spesies lamun yang terdapat di Indonesia
Terdapat sekitar 60 spesies lamun di seluruh dunia. Lamun dapat
ditemukan di perairan tropis dan subtropis, yang kini terdiri atas 12 genera; 7
diantaranya adalah berada di daerah tropis (Halodule, Cymodocea,
Syringodium, Thalassodendron, Enhalus, Thalassia dan Halophila) dan 5
terdapat di perairan subtropis sampai dingin (Zostera, Phyllospadix,
Heterozostera, Posidonia dan Amphibolis). Lamun yang terdapat di
perairan tropis umumnya tersebar di perairan laut Atlantik dan Indo-Pasifik.
Keanekaragaman lamun di wilayah perairan tropis sangat tinggi, terutama di
wilayah Indo Pasifik. Lamun yang terdapat di perairan tropis didominasi oleh
spesies Thalassia sp. Di Indonesia, hingga saat Ini diketahui terdapat
13 spesies lamun dari tujuh marga, tiga di antaranya (Enhalus, Thalassia,
Halophila) termasuk suku Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule,
Cymodocea, Syringodium dan Thallasodendron) termasuk suku Cymodoceae.
Fungsi Ekosistem Lamun bagi biota laut dan manusia
Padang lamun memiliki peran dalam berbagai fungsi. Sering kali
tumbuh luas menutupi wilayah-wilayah paparan benua yang menciptakan
lingkungan dengan produktifitas tinggi yang tak bisa diabaikan. Daerah paling
produktif di laut setelah produktifitas plankton dan kebun kelp di
daerah dingin.Rumpun lamun memberikan tempat
berlindung dan tempat mencari makan bagi ikan, udang, kepiting, gurita, dan
berbagai biota laut lainnya, termasuk juga bagi penyu dan dugong. Padang lamun
juga menjadi tempat asuhan (nursery ground) bagi anakan ikan dan
berbagai jenis biota laut lainnya.
Padang lamun tempat kehidupan biota laut
Ekosistem lamun di Indonesia memiliki peran penting dalam kawasan coral triangle. Coral Triangleadalah istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, Papua
Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste yang kaya akan terumbu
karang. Wilayah perairan Indonesia yang berada pada Coral Triangle ini memiliki keanekaragam
yang sangat tinggi dengan menyediakan sumber pangan bagi berbagai macam
organisme. Habitat di Coral Triangle sangat
berhubungan satu dengan lainnya. Jika satu habitat terganggu maka habitat yang
lainnya akan terganggu juga. Meskipun terumbu karang memiliki penampilan yang
lebih menarik dibandingkan padang lamun, tanpa kehadiran padang lamun, terumbu
karang akan mengalami kerusakan, karena padang lamun melindungi terumbu karang
dari patogen. Selain itu, lamun juga berperan
sebagai penghubung ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang.
Lamun dapat
menyerap karbon dioksida dari laut, sehingga mampu mencegah terjadinya
perubahan iklim. Ekoistem ini mampu menyimpan lebih dari dari dua kali jumlah
seluruh CO2 dari daratan, karena penyerapan CO2 yang
mencapai 19,9 miliar metrik ton karbon. Kemampuan lamun dalam menyimpan karbon
termasuk hal unik karena menyimpannya secara reguler di akar dan menyimpannya
selama ribuan tahun.
Selain itu, padang lamun dapat pula berfungsi mestabilkan garis
pantai. Akar dan rimpang lamun dapat mencengkeram sedimen dasar laut hingga
membuat pantai lebih tahan terhadap erosi. Lamun dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan manusia seperti untuk bahan makanan (biji Enhalus misalnya
dapat dimakan), dijadikan bahan obat-obatan, untuk bahan dasar kerajinan, pupuk
atau makanan ternak. Padang lamun juga
berperan penting sebagai sumber perikanan. Dari sekitar 360 jenis ikan yang
diketahui hidup di padang lamun sekitar 30 jenis mempunyai nilai ekonomi
penting. Selain itu padang lamun juga merupakan penghasil berbagai jenis
perikanan lainnya seperti kerang, kepiting, udang, teripang dan lainnya.
Lamun sebagai sumber pakan utama berbagai biota laut (Fortes, 1990)
Tutupan (coverage)
tajuk rumput lamun ini juga memberikan naungan dari cahaya matahari langsung,
menciptakan iklim mikro khusus di dasar perairan. Pada saat air laut
surut, daun-daun lamun melindungi substrat dari teriknya matahari dan mencegah
penghuninya dari kekeringan yang mematikan.
Padang lamun juga berfungsi
sebagai penyaring nutrient yang berasal dari sungai atau laut, pemecah
gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu pengendapan
substrat dan menstabilkan sedimen.Lamun
adalah produsen primer dalam ekosistem padang lamun, sehingga merupakan
komponen yang penting di wilayah perairan laut karena menghasilkan oksigen dan
materi organik dari hasil fotosintesis. Oleh karena itu, padang lamun digunakan
oleh biota laut sebagai tempat mencari makan (feeding ground),
pemijahan (spawning ground), dan asuhan (nursery ground).
Berbagai jenis biota laut yang berasosiasi dengan padang lamun
Lamun sendiri tidak banyak dimanfaatkan
secara langsung oleh manusia. Hanya ada beberapa jenis yang buahnya
digunakan sebagai bahan makanan, itu pun bukan pada skala yang penting. Akan
tetapi lamun penting secara ekologi karena menyerap nutrien dari tempat
tumbuhnya yang berupa sedimen lumpur dan pasir. Dengan demikian lamun
telah mengambil kembali nutrien dari dasar laut dan mengembalikannya ke dalam
rantaimakanan
ekosistem. Sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh alga laut yang
mengandalkan nutrien yang terkandung dalam air saja. Menurut Philips & Menez (1988) lamun telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Secara
tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan
pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan
Pada
zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1.Penyaring
limbah
2. Stabilizator
pantai
3. Bahan
untuk pabrik kertas
4. Sebagai bahandasar untuk
membuat kue (roti)
5. Obat-obatan
6. Sumber
bahan kimia.
7. Tempat budidaya laut jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram.
8. Tempat
rekreasi atau pariwisata ekowisata.
9. Bahan dasar pembuatan makanan
ternak.
10. Padang
lamun dimanfaatkan sebagai laboratorium alam bagi kegiatan pendidikan dan
penelitian.
Dugong, spesies penghuni lamun yang
rentan
Fakta dugong
Masih sedikit
dari kita yang mengenal Dugong, fauna unik Dugong adalah satwamamaliayanghidupdi
perairanlautdangkaldan makanannya
adalah berupa lamun(seagrass).Nama ilmiahnya"Dugong dugon”.Istilah "dugong" berasal dari bahasa Tagalog,sedangkan dalam bahasa Melayu ialah "duyung"atau"duyong"yangberarti"perempuanlaut". Dari keterkaitan tersebut, hewaninisangatseringdiasosiasikan dengandongengataulegenda tentangputri duyung,yangbiasanyaditampilkan sebagaisosokmanusiasetengahikandengankepalagadis
cantikberambutpanjangsampaipadabagianpinggangdanbagianbawahnyaberupaikansampai
keekor.Dongeng putriduyung(Inggris:mermaid)terdapatdiberbagaipenjuruduniadengan berbagaivariasinya. Konon
dongeng tentang "mermaid" ini
bersumber dari para
pelaut zaman dahulu yang melihat satwa dugong di permukaan
laut dari kejauhan, dengan sedikit imajinasi, tampak mirip seperti seorang
perempuan yang bisa memeluk dan menyusui
anaknya seperti manusia. Oleh karena itu, orangseringsalah
pengertian. Dulu, setiapadaberitatentanghewandugongtertangkap, banyak orangyang mengharapkan
dapat melihatwujudwanitasetengahikan.Padahalkeduanyasangatberbeda.Dugong adadidunia
nyata,sedangkanputriduyungadadalamduniadongengataulegenda. Dugong dugon dalam
tampilan
fisiknya
bentuknya seperti ikanyangtambun,tanpasirippunggung,
dilengkapi dengan ekoryangpipih,horizontaldanbentuknyabercabang seperti
ekorpausdanlumba-lumba. Bilaekornyadiayunkannaik- turun
akan memberidaya dorongbaginya
untukberenang
majukedepan,sedangkan
biladipelintiruntukgerakan membelok. Panjang
dugongdewasajarang melebihi3meterdenganberat sampaisekitar420kg.Tetapirekordugongterberattercatat
sebesar1.016kgdenganpanjang
4,06mdipantaiSaurashtra,dibagiansebelahbaratIndia. Dugongbetinacenderungsedikitlebihbesardari yangjantan.
Kulitdugongtebaldan halusdenganwarnapucatketikamasihbayi,danberubahmenjadiwarna
abu-abugelapkecoklatandibagianpunggungnya
menjelangdewasadanbagianperutdengan
warnayanglebihterang.Warnadugongdapatberubahdenganpertumbuhanalgadikulitnya.
Dugong
dapatmempunyaiusiayangpanjang
sampailebih70tahun.Dugong mulaidapat melahirkananakpadausia10-17tahun,namun adajugayangmenyebutkandapatsedini6tahun. Usiakehamilandugongadalahsekitar13- 15
bulan. Setiap
melahirkan
akan
menghasilkan
hanyasatuanak.Bayidugong berukuranbesar,ketikabaru dilahirkanpanjangnyaberukuran 1,1- 1,2m denganberatsekitar27-35kg.Anak dugong
menyusupadaibunyasampaiusiausia14–18 bulan. Selainmenyusu,dugongjugasudahdikenalkanolehibunyauntukmemakanlamunsesaat
setelahdilahirkan.
Dugong dan kekerabatannya
Klasifikasi dugong
Dalamklasifikasihewan,dugong
termasukdalamClass Mammalia yangdicirikan
denganhewan yangmenyusui anaknya, dan
di
bawah Ordo Sirenia yang dicirikan
denganmammalia
laut yang herbivor.Di bawahOrdo
Sirenia hanya
ada dua kelompok
yakni
Familia
Dugongidae
danTrichechidae. DibawahFamilia Dugongidae sekarang hanyaterdapatsatuspesiesyakni
Dugong dugon.Kerabatterdekatnya sesamaDugongidae
adalahHydrodamalis gigasyangtelahpunahdiabad18. KerabatlainnyadibawahTrichechidae
adalahgenus TrichechusyanglebihdikenaldengannamaManateeyang
hidupdariperairanpantaihingga
diperairantawar,dan makanannya pun
lebih
beragam dibandingkan dengan Dugong.
Hydrodamalis gigas atau yang juga dikenal dengan Steller's sea cow atau Sapi Laut Steller
adalah kerabat dekat Dugong dugon,
satu-satunya spesies selain dugong yang bernaung di bawah suku Dugongidae.
Hewan ini merupakan raksasa laut yang bisa tumbuh sampai berukuran panjang 10 meter dengan bobot
6.000 kg. Jenis ini telah punah karena perburuan berlebihan (over-hunting) yang dilakukan oleh para
pemburu anjing laut (sealers) dari
Eropa di tahun 1768, kurang dari 30 tahun setelah hewan ini pertama kali ditemukan oleh para
pemburu Rusia. Populasi hewan ini dulunya pernah terdapat di pesisir Pasifik,
yang terbentang dari Meksiko sampai ke Jepang, tetapi berangsur-angsur semakin
terdesak dan akhirnya hanya terdapat di perairan dingin Laut Bering, antara
daratan semenanjung Kamchatka dan Kanada. Sapi laut ini hidup dari makanannya
yang berupa kelp atau ganggang laut
yang bisa tumbuh sangat lebat di laut yang
dingin dan dangkal di perairan itu. Hewan raksasa ini sudah beradaptasi
sepenuhnya di lingkungan dangkal sedemikian rupa hingga ia sudah kehilangan
kemampuan untuk menyelam. Oleh karena
itu, raksasa ini menjadi sasaran empuk untuk diburu dan dibantai oleh para
pemburu untuk menjadi sumber pangan. Punahnya sapi laut ini merupakan rekaman pertama punahnya species
mamalia laut di abad-abad terakhir ini.Tentunya,
pasti kita tidak akan mau dugong menjadi punah seperti kerabatnya itu
Persebaran Dugong Dugong seringdijumpaihidupsoliter (sendiri),tetapikadangkala
jugadalam kelompokkawanan(herd)kecilsebanyak5-10individu.DiAustralia,satukawanan
dugong
bisasampaipuluhanindividuatau lebih.Kawanan dugong
denganjumlah individu tertinggiyangpernahtercatat adalahdiTelukPersiayangterdiridari670
individu. Tetapitampaknya tidak
terdapat
ikatan sosialterstruktur yang
kuatdiantara individudalamkawanan tersebut.
Terjadinyakawananyangbesarbisaterjadi pada saat makan bersama
pada suatu
padang lamunTiapindividudapatbebas
keluar darikawanannya.Ikatanyangkuat
terdapathanyalah antaraindukdananak. Anakdugong
selaluberadadekatinduknya sampaimenjelangdewasa.
Penetapan
sebaran
dugong
di tiap
negara
sukar
dilaksanakan.
Banyak informasi mengenai
sebarandugong didasarkanpadakisah(anecdotal)yangdiceriterakanolehpenduduk
setempat.
Meskipundemikiantampaknyaterdapatkecenderunganumumbahwadibanyaktempatpopulasi dugongsemakinberkurangdibandingkanbeberapadekadelalu.Dibeberapadaerahsepertidi
Mauritius,Maladewa(Maladives), Cambodia dansebagianFilipinabahkandiperkirakan
mungkindugongtelahpunah(Marshdkk,2002). Di Indonesia, dugong tersebar
mulai dari ujung Indonesia bagian barat (Aceh) hingga timur Indonesia (Papua).
Populasi tertingginya berdasarkan diperkirakan ada di perairan Ekoregion
Arafura (kurang dari 200 ekor), Ekoregion Papua (kurang dari 100 ekor), serta
Ekoregion Lesser Sunda, Ekoregion Paparan Sunda, dan Ekoregion Selat Makasar
yang masing-masing kurang dari 100 ekor. Sementara, untuk ekoregion lainnya
terpantau dalam populasi yang lebih kecil. Dugong sering dijumpai di daerah
Bintan, Kepulauan Riau. Wilayah ini memiliki luasan ekosistem padang lamun
mencapai 2600 ha dengan kondisi yang sangat baik. Kabupaten Bintan
merupakan salah satu daerah yang memiliki ekosistem perairan yang masih
terjaga. Ini terlihat adanya beberapa
wilayah perairan yang di jadikan kawasan konservasi laut daerah oleh
pemerintah daerah Kabupaten Bintan. Selain kabupaten Bintan, ekosistem lamun
yang juga masih terjaga dan sering ditemui dugong yaitu, di Kotawaringin Barat
Kalimantan Tengah, Tolitoli Sulawesi Tengah dan di Alor Nusa Tenggara Timur.
Peran, Manfaat dan Hubungan Dugong
dan Lamun
Keberadaan dugong merupakan indikator kelestarian
untuk melihat ekosistem tersebut rusak atau tidak. Jika intensitasnya semakin
banyak dan semakin terlihat, dapat dikatakan wilayah tersebut masih lestari dan
jauh dari kerusakan. Keberlangsungan asosiasi antara dugong dan lamun dapat
menjamin keseimbangan ekologis satwa dan tumbuhan yang ada di habitat lamun.
Termasuk di antara satwa yang mendapat manfaat dari keberadaan dugong adalah
ikan-ikan, seperti baronang dan katamba, yang memang hidup di padang lamun. Berdasarkan
data dari LIPI pada 2017, dugong merupakan flagship
species atau spesies kunci dari upaya konservasi padang lamun.
Berdasarkan sejarah, di Eropa terjadi
pengeksploitasian dugong secara besar-besaran pada tahun 1917 hingga hewan
tersebut punah di perairan setempat. Tanpa diduga, beberapa tahun kemudian
terjadi wabah di ekosistem lamun, tempat dugong hidup. Tak adanya dugong
membuat wabah penyakit tak terkendali hingga ekosistem padang lamun punah. Oleh
karena itu keberadaan dari keduanya saling membutuhkan.
Simbiosis mutualisme antara dugong
dan padang lamun terjadi karena saat dugong memakan lamun, saat itu juga dugong membantu sebaran lamun. Kemudian, kotoran yang berasal dari
dugong itu sendiri nantinya akan berguna sebagai bahan perkembangan lamun.
Dengan begitu, dugong yang juga masih merupakan kerabat evolusi dari gajah itu
berperan penting memperlancar siklus nutrien pada habitat lamun. Keberadaan
dugong sebagai penyubur padang lamun pun kini kian penting karena rusaknya
padang lamun akibat reklamasi dan alih fungsi habitat. Saat ini diperkirakan,
80% padang lamun di Indonesia berada dalam kondisi tidak sehat.
Hubungan lamun dan dugong
Dugong dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Namun,
pemanfaatan tersebut dilakukan berpuluh-puluhan tahun yang lalu meskipun
intensitasnya mulai menurun dan sifatnya adalah perburuan yang mengancam. Hampir
semua bagian dugong dapat dimanfaatkan. Mulai dari kulitnya, daging dan
lemaknya, tulangnya, giginya yang berupa gading, isi perutnya, hingga air
matanya. Ada pula dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi, obat-obatan,
pernak-pernik hiasan dan untuk berbagai keperluan budaya dan religi setempat.
Di beberapa negara seperti Vanuatu, Sabah
(Malaysia), Filipina telah mengembangkan kegiatan wisata "Swim with dugong". Kegiatan ini
umumnya dikemas dalam paket ekowisata yang berorientasi pada prinsip
kelestarian alam.
Kegiatan tersebut sama halnya mengenalkan manusia dengan dugong agar mengetahui
begitu pentingnya pelestarian hewan ini.
Status
populasi dugong menjadi indikator kunci dari kesehatan ekosistem pesisir secara
umum dan secara khusus pada padang lamun. Lamun dan dugong merupakan komponen
yang tidak dapat dipisahkan. Padang lamun merupakan habitat dan tempat mencari
makan bagi dugong. Hubungan keduanya merupakan hubungan simbiosis mutualisme,
karena keduanya menjamin keseimbangan ekologis flora dan fauna yang berada di
sekitar padang lamun.
Habitat lamun merupakan tempat bermain dan
mencari makan dugong. Interaksi antar dugong sangat penting karena dapat
menimbulkan rasa aman dan rasa nyaman karena saling bertemu bahkan bisa untuk
melestarikan lingkungannya.
Melalui
perilaku makan dugong yang terlihat mengacak-acak dasar lamun, hal tersebut
membuat padang lamun menjadi subur. Dugong memakan lamun tidak
saja bagian yang di atas permukaan sedimen tetapi juga sampai ke akar-akarnya
yang banyak mengandung nutrisi. Oleh sebab itu bekasnya mencari makan akan
meninggalkan jejak di dasar
laut berupa jalur-jalur
memanjang yang disebut
feeding trail. Struktur mulutnya sesuai untuk
menggali dan mencabut lamun yang menjadi kesukaannya. Tidak semua jenis lamun
disukai oleh dugong. Penelitian yang dilakukan di Pulau-Pulau Lease (Ambon,
Haruku, Saparua, Nusa Laut) menunjukkan bahwa dugong menyukai makanan lamun
dengan urutan favorit sebagai berikut: Halophila ovalis; Halodule uninervis; Cymodocdea rotundata; Cymodocea serrulata; Thalassia hemprichii (de Iongh,
1997).
Ancaman dan Permasalahan Lamun dan Dugong
a) Ancaman dan Permasalahan Lamun
Ancaman dan
permasalahan lamun sebagian besar disebabkan oleh pembangunan manusia. Kualitas
lamun yang mengalami degradasi menyebabkan luas habitat yang berkurang bagi
biota laut yang berada di dalamnya. Pembangunan konstruksi pantai, misalnya
pembangunan pelabuhan, pemukiman, fasilitas wisata dapat melenyapkan luasan
padang lamun atau menyebabkan kekeruhan air yang pada gilirannya akan
menghambat pertumbuhan lamun yang menjadi tumpuan hidup dugong. Pembangunan
kawasan industri dan pelabuhan di Teluk Banten, misalnya telah melenyapkan
sekitar 30 % luas lamun dari teluk tersebut (Tomascik dkk, 1997).
Selain itu
habitat dugong juga dapat terdegradasi karena terjadinya pencemaran air, baik
yang bersumber dari daratan maupun dari kegiatan di laut. Sumber pencemaran
dari darat bisa dari limbah industri, pertanian, pemukiman, pertambangan,
sedangkan dari kegiatan laut misalnya karena terjadinya tumpahan minyak di
laut. Di Papua Barat
pembalakan (logging) dan pertambangan menimbulkan ancaman
terhadap padang lamun dan biota laut lainnya.
Pembangunan
fasilitas wisata yang tak ramah lingkungan di kawasan pantai dapat juga
menimbulkan dampak negatif terhadap habitat padang lamun. Di Bintan misalnya, perusahan wisata
membangun penginapan dan restoran langsung di atas hamparan padang lamun.
Selain itu pertambangan pasir dan bauksit di daerah ini
juga memberikan dampak terhadap padang lamun di perairan pesisir.
Kecelakaan
kandasnya kapal tanker atau tabrakan di laut dapat menyebabkan pencemaran minyak
yang sangat luas dampaknya terhadap biota dan lingkungan perairan laut dan
menimbulkan pencemaran massif pada ekosistem lamun.
Pencucian air
balas kapal tanker juga dapat merupakan ancaman. Karena lemahnya pengawasan di
laut, sering terjadi kapal pengangkut minyak mentah mencuci air balasnya dengan
membuang langsung ke laut secara ilegal. Minyak mentah yang terbuang ke laut
mengalami degradasi dan sebagian akan terdampar berupa gumpalan-gumpalan minyak
(tar ball) yang hitam mencemari
pantai, dan dapat merusak ekosistem padang lamun. Pencemaran pantai oleh
gumpalan minyak ini sering terjadi di pantai Pulau Bintan dan Pulau Batam.
Ancaman dari
fenomena alam misalnya karena badai siklon tropis yang dahsyat yang dapat
memporak-porandakan lingkungan pantai. Dampaknya tidak langsung karena
menghancurkan padang lamun. Siklon tropis ini tidak terjadi di jalur
khatulistiwa seperti Indonesia, tetapi umumnya pada jalur antara lintang 10o
sampai 30o baik Lintang Utara maupun Lintang Selatan (Nontji, 2007).
Kasus lainnya di tahun 1992, Teluk Hervey (Australia)
dilanda banjir besar diikuti siklon dahsyat selama tiga minggu, menyebabkan
hancurnya lebih dari 1.000 km2 padang lamun karena sedimentasi yang
berat, yang mengakibatkan
banyak dugong mati
kelaparan (ditemukan sebanyak 99
bangkai dugong). Banyak pula dugong yang hijrah ke tempat lain sampai sejauh
900 km. Diperkirakan akan diperlukan waktu sekitar 25 tahun untuk pulih kembalinya dugong di teluk ini
seperti sedia kala.
b) Ancaman dan permasalahan Dugong
Padamulanyadugong
tersebarluasdiperairantropisdansubtropisdikawasanIndo-Pasifik. Tetapi kini persebarannya
semakin terbatas. Oleh
IUCN
(InternationalUnion
for the Conservationof Nature) dugongtelah
dinyatakan"vulnerable
to
extinction" atau "rentan
punah". DiIndonesia, banyak
perairanpantaiyangduludikenal
dihuniolehdugong,sekarang
sudahtakterdengarberitanyalagi.
Ancaman dugong paling berbahaya adalah pada perburuan dari manusia
Dugong
hidup di perairan dangkal dekat dengan pantai. Pantai merupakan bagian laut yang
paling dinamis dan sangat
dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Sehingga dugong menerima tekanan atau
dampak dari kegiatan manusia, baiksecara langsng maupun tak langsung. Ancaman antropogenik (dari kegiatan
manusia) ini ditambah lagi dengan karakteristik dugong yang berumur panjang,
usia yang matang untuk hamil, tiap kelahiran yang
hanya
menghasilkan satu anak, dan
masa mengasuh anak yang sangat
lama membuat dugong menghadapi kondisi yang sulit untuk mempertahankan
keberlanjutan hidupnya dalam menghadapi tekanan
antropogenik. Jadi bila sedikit saja populasi dugong dewasa berkurang
akibat penangkapan, atau karena hilangnya habitat, atau menurunnya kualitas
lingkungannya akan dapat mengacam kelestariannya. Ancaman antropogenik terhadap
dugong bisa bersifat langsung misalnya karena sengaja diburu, tertangkap secara
tak sengaja dalam kegiatan perikanan, atau karena akibat penggunaan teknik
perikanan yang destruktifseperti
penggunaan bahan peledak dan racun. Ancaman tak langsung misalnya karena makin
menyusutnya luas padang lamun atau makinterdegradasinyakondisi
lingkungan padang lamun yang menjadi habitat dugong akibat meningkatnya
kekeruhan airdan pencemaran.
Selain dampak antropogenik, ada pula dampak negatif yang bisa ditimbulkan
oleh faktor alam, seperti badai atau siklon yang menghantam dan
memporak-porandakan suatu perairan pantai. Tetapi umumnya faktor alami ini jauh
lebih sedikit frekuensi kejadiannya dibandingkan dengan faktor antropogenik.
Perburuan dugong telah dilakukan sejak awal sejarah interaksi manusia
dengan dugong. Sejak dulu dugong dianggap dapat menjadi sumber makanan,
obat-obatan, dan berbagai keperluan ritual budaya. Hingga kini
tak ada data
yang terpercaya yang
dapat digunakan untuk menyebutkan secara kuantitatif seberapa jauh populasi dugong di Indonesia
telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir ini. Di tahun 1970-an misalnya, diperkirakan
populasi dugong di Indonesia ada sebanyak 10.000 ekor, sedangkan di tahun 1994,
diperkirakan sebanyak 1.000 ekor saja (Marsh dkk 2002).
Gading dugong dijual dengan harga yang
sangat tinggi di Tual (Pulau Kei, Maluku Tenggara) dan di Ambon, sampai
seharga Rp 350.000 sebatang (Moss & vander Wal, 1998) yang nilainya lebih
tinggi dari pendapatan bulanan rata-rata seorang nelayan. Harga pasar yang
tinggi ini merangsang nelayan untuk masih terusmemburu dugong.
Ancaman langsung
lainnya terhadap dugong yang juga sering dijumpai adalah terperangkapnya dugong dalam alat tangkap perikanan seperti
jaring pasang surut dan sero. Sebenarnyadugong secara
tidak sengaja masuk ke dalam perangkap sebagai buruan tetapi dugong masuk dan
terjerat atau terperangkap dalam alat perikanan. Apabila dugong terjerat dan tak bisa menarik
napas ke permukaan maka ia akan mati.
Dugong juga terancam jika tertabrak oleh
kapal atau perahu motor cepat. Dugong pada umumnya tak dapat berenang cepat,
dan karenanya bila ia sedang di permukaan
untuk menarik napas maka akan sulit baginya untuk mengelak apabila didekati
atau dihampiri oleh kapal atau perahu motor yang sedang melaju cepat. Dugong
dapat tertabrak oleh badan kapal atau teriris oleh putaran baling-baling kapal.
Ancaman nonantropogenik juga
bisa terjadi pada dugong berupa penyakit karena dihinggapi oleh berbagai
parasit yang dapat mengganggu kesehatan dugong. Parasit seperti cacing pipih
dijumpai bersarang di saluran hidungnya. Cacing tersebut menyebabkan
tererosinya lapisan mukosa sekitar hidung sampai ke sekitar tenggorokan. Cacing trematodalainnya,Opisthotrema
du}onis,menyerangsaluraneustachia(eustachiantube)yang
terhubung keinderapendengar. Dalamususnyajugadijumpaiparasitcacingtrematoda Indosolenorchis
hirudinaceus. Rupanyadugongdarialaminirentandenganseranganparasit
cacingtrematoda.
Ternyatadugongmemangdapatterinfeksiolehberbagaijenisparasit,tidaksajaolehcacing
tetapijugaolehprotozoa danbakteri.SejenisprotozoaCryptosporidium misalnya,ditemukan
menyerang saluran pernapasan dan saluran
pencernaan pada dugong
dari Teluk
Hervey,
Australia(Marshdkk,
2002).Tetapi belum
diketahuiapakah protozoa Cryptosporidiumitu menjalaniseluruhsiklushidupnya
dalamtubuhdugongataukahterinfeksidarisumberluar lainnya.
Konservasi dan
Pelestarian Ekosistem Lamun dan Dugong
Dugong menjadi hewan buruan selama bertahun-tahun
karena daging danminyaknya,
sehingga diperlukan konservasi agar kehidupan hewan ini dan habitatnya hidup
secara berkelanjutan. Konservasi adalah usaha pelestarian atau perlindungan.
Konservasi ekosistem lamun dan dugong telah dilakukan dari adanya kerjasama
oleh pemerintah dan komunitas-komunitas perlindungan perairan Indonesia. Terdapat
beberapa program perlindungan wilayah laut di Indonesia, pada tahun 2009
terdapat rehabilitasi terumbu karang di bawah Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP). Program
ini didukung dan dikoordinasikan oleh pemerintah lokal, LSM baik lokal maupun
internasional seperti WWF, TNC, Wetlands International, WCS and IUCN. Program
ini juga mencakup habitat dari dugong. Progam konservasi laut lainnya
yang berada pada tahun 1989-1993 yaitu Dugong Management and Conservation
Project for the Moluccas. Program ini merupakan dukungan dari Uni Eropa
yang menghasilkan rekomendasi untuk pengelolaan dan konservasi dugong.
Secara regulasi,dugong
jugatelahdilindungiolehUndang-Undang No.7(1999)tentangKonservasi
FloradanFauna,tetapidilainpihak
tidakterdengar
adanyaupayanyata untuk menyelamatkan
hewanlangkainidiIndonesiasecarakomprehensif. Lembaga pemerintahyangterkaitdengan
urusan konservasi meskipun
telah menetapkan
kebijakan dan rencana
aksi penyelamatan
dugong,namunimplementasinyatampaknyabelumtampaknyata.
DSCP Indonesia
Sejak tahun 2006, untuk memprioritaskan konservasi
dugong, Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, bersama dengan WWF Indonesia, Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor sejak 2006 menjalankan
Program Konservasi Dugong dan Lamun di Indonesia (Dugong and Seagrass Conservation Project atau DSCP Indonesia). Projek
Dugong and Seagrass Conservation Project
(DSCP) yang bertujuan untuk melestarikan dugong dan habitat lamun.
Beberapa kegiatan DSCP Indonesia
meliputi simposium skala nasional untuk mengumpulkan dan memutakhirkan data dan
informasi lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei pendahuluan sudah
dilakukan di empat lokasi kerja, yaitu Alor (NTT), Bintan (Kepulauan Riau),
Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), dan Tolitoli (Sulawesi Tengah). Kegiatan
lain yang dilakukan yakni peningkatan kapasitas masyarakat lokal dan penggiat
konservasi melalui lokakarya dan pelatihan serta pendampingan serta
pemberdayaan masyarakat.
Sebagai masyarakat yang memiliki motivasi dalam
konservasi dan pelestarian lamun dan dugong dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
Menjaga kebersihan dan kenyaman biota
laut di padang Lamun. Membuang sampah sembarangan akan menggangu keberlangsungan kehidupan
apapun. Hal tersebut menjadi langkah pertama dan sederhana dalam pelestarian
lingkungan padang lamun.
Melakukan transplatasi lamun. Merupakan salah satu pemulihan lamun dengan cara menanam kembali lamun
pada wilayah yang mengalami kerusakan baik itu karena ancaman dari manusia
maupun ancaman dari alam.
Mengawal dan mengembangkan keamanan
perairan laut dari kegiatan perburuan dugong. Kegiatan
perburuan dugong merupakan kegiatan yang melanggar undang-undang. Sehingga
siapapun yang secara sengaja atau tidak sengaja agar langsung ditindak sesuai
UU. Misalnya, melakukan pelarangan penggunaan jaring insang dan pukat. Kedua
alat tangkap tersebut merupakan ancaman utama terhadap dugong yang tidak bisa
diabaikan.
Melakukan kerja sama antar institusi yang
terkait dengan prioritas pembangunan berkelanjutan. Mengembangkan sistem pengelolaan dan pelestarian ekosistem lamun dan segera
menetapkan situs suaka dugong yang dikelola pemerintah dan masyarakat dengan
menerapkan sistem zonasi yang tidak dibatasi dengan batas administrasi batas
negara. Hal ini juga dapat meningkatkatkan kapasitas bagi pemerintah dan
institusi terkait dengan mengadakan pelatihan teknis dan pemantauan
pembangunan.
Memanfaatkan sosial media sebagai
media kampanye dan pengetahuan untuk mengenalkan kehidupan lamun dan dugong. Saat ini tidak banyak masyarakat yang mengenal lamun dan dugong sehingga
diperlukan edukasi tentang lamun dan dugong yang menarik serta ancaman dan
usaha pelestariannya. Memanfaatkan media sosial mampu menjangkau banyak orang
agar merasa saling memiliki. Kegiatan edukasi kepada masyarakat dan khususnya
masyarakat sekitar konservasi dugong sangat penting dilakukan. Penyuluhan
tentang pemeliharan, sikap dan perilaku yang sering dilakukan oleh dugong.
Melakukan manajemen kegiatan aksi
yang berkelanjutan. Kegiatan aksi yang berkaitan dengan perairan dan biota laut haruslah
berkelanjutan. Dengan monitoring atau mengevaluasi hasil dari setiap kegiatan
yang telah berlangsung agar diketahui keberhasilan kegiatan tersebut hingga
berakhir dengan pelaporan yang diketahui oleh masyarakat luas.
Melakukan penelitian, survei,
pemantauan serta inventarisir ekosistem lamun dan populasi dugong. Melaksanakan penelitian sebagai pengembangan pengetahuan kehidupan lamun
dan dugong agar selalu dinamis karena perkembangan pembangunan. Mensurvei dan
menginventarisir keberadaan luasan lamun dan populasi dugong agar diketahui
secara kuantitatif dengan menggunakan metode atau teknik apapun demi
keberlanjutan kehidupan
Marsh, H., H. Penrose, C. Eros, and J. Hugues. 2002. Dugong Status Report and Action Plan for Countries and Territories. UNEP.
Early Warning and Assessment Report Series: 162 pp.
de Iongh, H. H. 1997. Current status of dugongs
in Indonesia. In: T. Tomascik, A. J.
Mah, A.Nontji
& M. K. Moosa (eds.) The Ecology of the Indonesian Seas, Part
II, DalhousieUniversity, Periplus Edition: 1158 - 1166.
de Iongh, H. H., B. Bierhuizen, and B. van Orden. 1997. Observations on the
behaviour of the dugong (Dugong
dugon Muller, 1776)
from waters of the Lease
Islands, eastern Indonesia. Contributions to Zoology, 67 (1): 71-77.
de Iongh, H. H., W. Kiswara, and W. Kustiawan. 2006. Dugong grazing
patterns and interaction with traditional conservation (Sasi Laout) Indonesia: A review. Journal of Natural and Life
Sciences, 1 (1): 1-10.
de Iongh, H. H., W. Kiswara, W. Kustiawan and P.E. Loth. 2007. A review of
research on the interaction between Dugongs (Dugong dugon, Muller 1776) and intertidal seagrass beds in
Indonesia. Hydrobiologia, 591 (1) :
73-83.
J.
W. Fourqurean, C. M. Duarte, H. Kennedy, N. Marba, M. Holmer, M. A. Mateo, E.
T. Apostolaki, G. A. Kendrick, D. Krause-Jensen, K. J. McGlathery, O. Serrano,
“Seagrass Ecosystems as a Globally Significant Carbon Stock,” Nature Geoscience
5, no. 7 (2012): 505–509.
Kiswara,
W., M.H. Azkab & L.H. Purnomo, 1997. Komposisi jenis dan sebaran lamun di
Kawasan LautCina Selatan. Atlas Oseanologi Laut Cina Selatan. P3O-LIPI,
Jakarta.